Sasirangan : Kain Khas Banjar

Kain Sasirangan
Kain Sasirangan

PRAKATA

Siapa yang nggak tahu dengan Sasirangan, Sasirangan memang tidak sepopuler Batik, Songket Palembang, Kain Tenun Aceh atau yang lainnya tetapi Sasirangan sebenarnya udah dikenal diseantero Indonesia bahkan dunia. Ini benar lho, coba deh kamu lihat di televisi tidak hanya Tokoh Politik, Ulama, Pejabat Negara dan Anggota DPR RI saja yang memakainya tetapi juga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta isteri turut mengenakannya. Mengapa kita mesti malu untuk menggunakan Sasirangan sebagai Ciri Khas Banjar, Sasirangan bisa dipakai untuk menghadiri acara formal dan bisa juga dipakai untuk santai dirumah atau kumpul dengan teman, atau menghadiri resepsi pernikahan, Faisal pun memakainya buat jalan jalan. Sesuai Program Pemerintah untuk mengangkat keunggulan produk dalam negeri dan menjadi komoditi ekspor semestinya kita sebagai anak bangsa bangga terhadap produk daerah sehingga memiliki daya saing tinggi dibandingkan Negara lain yang sukanya menjiplak dan mempatenkan produk unggulan kita. Sebagai Generasi muda harusnya kita prihatin dengan kondisi tersebut dan jangan menganggap kain olahan yang menjadi ciri khas daerah sebagai kain udik, ndeso, jadul apalagi katro, nggak pantes dan semacamnya, dan memilih menggunakan, membanggakan diri dengan produk buatan luar negeri atau merk terkenal. Sadar dong, mari kita kembangkan sikap untuk menghargai dan menggunakan produk khas daerah seperti Sasirangan. Bila kamu lihat Sasirangan sering dipakai pada hari Jum’at oleh PNS se Kalimantan Selatan sebagai salah satu upaya untuk memberdayakan sasirangan, agar sasirangan terus Berjaya dan tidak punah. Ringkas cerita Faisal tidak ada maksud untuk menggurui akan tetapi Faisal memaparkan agar kita lebih memaknai produk unggulan kita sehingga jangan sampai generasi muda kita tidak mengenal kekhasan daerah kita atau mendengar cerita produk ini hanya dimuseum saja.

Bila kamu berkunjung ke Banjarmasin jangan lupa membeli sasirangan ya (^_^)

Sasirang itu apa sich ?

Sasirangan adalah kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan, yang dibuat dengan teknik tusuk jelujur kemudian diikat tali rafia dan selanjutnya dicelup.

Kain sasirangan yang merupakan kerajinan khas daerah Kalimantan Selatan (Kalsel) menurut para tetua masyarakat setempat, dulunya digunakan sebagai ikat kepala (laung), juga sebagai sabuk dipakai kaum lelaki serta sebagai selendang,  kerudung, atau udat (kemben) oleh kaum wanita. Kain ini juga sebagai pakaian adat dipakai pada upacara-upacara adat, bahkan digunakan pada pengobatan orang sakit. Tapi saat ini, kain sasirangan peruntukannya tidak lagi untuk spiritual sudah menjadi pakaian untuk kegiatan sehari-hari, dan merupakan ciri khas sandang dari Kalsel. Di Kalsel, kain sasirangan merupakan salah satu kerajinan khas daerah yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Kata “Sasirangan” berasal dari kata sirang (bahasa setempat) yang berarti diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya atau dalam istilah bahasa jahit menjahit dismoke/dijelujur. Kalau di Jawa disebut jumputan. Kain sasirangan dibuat dengan memakai bahan kain mori, polyester yang dijahit dengan cara tertentu. Kemudian disapu dengan bermacam-macam warna yang diinginkan, sehingga menghasilkan suatu bahan busana yang bercorak aneka warna dengan garis-garis atau motif yang menawan.

Bentuk Motif Kain Sasirangan

Upaya untuk melindungi budaya Banjar ini, telah diakui oleh pemerintah melalui Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM RI beberapa motif sasirangan sebagai berikut :

  1. Iris Pudak
  2. Kambang Raja
  3. Bayam Raja
  4. Kulit Kurikit
  5. Ombak Sinapur Karang
  6. Bintang Bahambur
  7. Sari Gading
  8. Kulit Kayu
  9. Naga Balimbur
  10. Jajumputan
  11. Turun Dayang
  12. Kambang Tampuk Manggis
  13. Daun Jaruju
  14. Kangkung Kaombakan
  15. Sisik Tanggiling
  16. Kambang Tanjung

Pakaian Sasirangan
Pakaian Sasirangan

Produk Sasirangan

Berbagai macam produk sasirangan seperti :

a. Baju Pria dan Wanita

b. Jas Pria dan Wanita

c. Kopiah

d. Selendang

e. Horden

f. Taplak Meja

g. Sarung dll

Proses Pembuatan Kain Sasirangan

Pertama menyirang kain, Kain dipotong secukupnya disesuaikan untuk keperluan pakaian wanita atau pria. Kemudian kain digambar dengan motif-motif kain adat, lantas disirang atau dijahit dengan tangan jarang-jarang/renggang mengikuti motif. Kain yang telah dijahit, ditarik benang jahitannya dengan tujuan untuk mengencangkan jahitannya, sehingga kain mengerut dengan rapat dan kain sudah siap untuk masuk proses selanjutnya.

Kedua penyiapan zat warna, Zat warna yang digunakan adalah zat warna untuk membatik. Semua zat warna yang untuk membatik dapat digunakan untuk pewarnaan kain sasirangan. Tapi zat warna yang sering  digunakan saat ini adalah zat warna naphtol dengan garamnya. Bahan lainnya sebagai pembantu adalah soda api (NaOH), TRO/Sepritus, air panas yang mendidih. Mula-mula zat warna diambil secukupnya, kemudian diencerkan/dibuat pasta dengan menambahkan TRO/Spirtus, lantas diaduk sampai semua larut/melarut. Setelah zat melarut semua, kemudian ditambahkan beberapa tetes soda api dan terakhir ditambahkan dengan air panas dan air dingin sesuai dengan keperluan. Larutan harus bening/jernih. Untuk melarutkan zat warna naphtol sudah dianggap selesai dan sudah dapat dipergunakan untuk mewarnai kain sasirangan.

8 thoughts on “Sasirangan : Kain Khas Banjar

  1. sasirangan motifnya lumayan susah kalo buat baju… terbatas modelnya… jadi bingung mau diapakan kainnya… lebih modis kalo dikombinasi dengan kain polos…

Tinggalkan Balasan ke cahaya Batalkan balasan